Penulis: M. Surya Putra
Asal-usul dan Sejarah Halalbihalal
Halalbihalal pada mulanya dirintis oleh kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara 1 (lahir 8 April 1725), atau dikenal sebagai pangeran Sumbernyawa, yang ketika itu memimpin Surakarta mengumpulkan para punggawa dan prajurit di balai istana untuk melakukan sungkem kepada sang Raja dan Permaisuri setelah perayaan Idul Fitri. Hal ini dilakukan untuk menghemat tenaga dan biaya. Sejak saat itu, kunjungan terhadap orang yang lebih tua atau berkedudukan lebih tinggi untuk meminta maaf pada perayaan Idul Fitri menjadi tradisi tersendiri.
Halalbihalal dalam komunitas muslim
Pelaksanaa halalbihalal dilakukan dengan berbagai cara yang unik dan penuh makna, terutama selama Idul Fitri, di mana masyarakat mengunjungi kerabat, tetangga, dan teman untuk meminta maaf dan memperkuat hubungan. Kegiatan ini melibatkan sosialisasi, berbagi makanan, dan bertukar hadiah, mencerminkan esensi dari silaturahmi dan kebersamaan.
- Kunjungan dan memaafkan dalam tradisi halalbihalal melibatkan kunjungan antar
rumah untuk saling meminta maaf setelah sholat Idul Fitri, yang merupakan esensi dari halalbihalal. - Aktivitas Bersama, tradisi ini juga melibatkan makan bersama dan saling membawa kue Lebaran, yang menambah keakraban dan kehangatan pertemuan
- Pelaksanaan di berbagai lingkungan seperti di lingkungan keluarga, halalbihalal juga dilaksanakan di organisasi dan sekolah, menunjukkan pentingnya tradisi ini dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Tradisi ini tidak hanya menjadi momen untuk membersikan hati dari dendam atau
prasangka buruk tetapi juga sebagai momen untuk memulai kembali dengan hati yang bersih.
Manfaat Halalbihalal
Halalbihalal memiliki banyak manfaat yang penting dalam konteks budaya dan agama Islam, diantaranya:
- Mempererat Silaturrahmi: Tradisi ini membantu mempererat hubungan antar anggota keluarga, teman, dan masyarakat secara umum
- Membangun Toleransi dan Persaudaraan: Melalui saling memaafkan dan saling menghormati, halal bihalal membantu membangun budaya toleransi dan persaudaraan di tengah masyarakat yang beragam.
- Mengasah Akhlak: Proses memaafkan dan berdamai dengan sesama merupakan bentuk pengasahan akhlak yang dianjurkan dalam islam.
- Mengakhiri bulan suci dengan baik: Halal bihalal menjadi momen penutup yang indah dari bulan ramadhan yang penuh berkah, memberikan kesempatan untuk memperkuat nilai-nilai spiritual yang telah dipelajari selama bulan suci Ramadhan.
Halalbihalal bertujuan untuk memperbaiki hubungan yang terputus, menciptakan harmoni, dan mempromosikan perbuatan baik. Ini bukan hanya merupakan tradisi religius tetapi juga simbol dari kesatuan dan integrasi nasional. Menurut Prof. Quraish Shihab, Halalbihalal bertujuan untuk menyambung kembali hubungan yang terputus.
Filosofi di balik halal bihalal mencakup konsep silaturrahmi yang merupakan Sunnah Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, manifestasi dari ajaran Islam tentang saling menghormati, memahami, dan memaafkan
Leave a Reply